Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran masyarakat Sumatera Utara (Sumut) akan pentingnya kawasan hutan bakau (magrove) dalam ekosistem lingkungan, meningkat. Hal inilah yang membikin Pemprov Sumut menunjang pemanfaatan hutan mangrove menjadi objek wisata alam ataupun wisata edukasi selain untuk menahan pengikisan.
Seperti di taman mangrove di Kampung Nipah, Sei Naga Lawan, Kabupaten Serdangbedagai, yang sempat dikunjungi Wakil Gubernur Musa Rajekshah, akhir minggu lalu. Plt Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumut Heriyanto, optimistis seandainya terus dimaksimalkan, maka lokasi itu akan menjadi objek wisata alam dan wisata edukasi untuk masyarakat dan buah hati-buah hati.
Wilayah itu juga sudah memiliki izin untuk dibuat hutan slot77 kemasyarakatan, seluas dua hektare. Lahan ini sudah diupayakan oleh masyarakat selama kurang lebih 10 tahun dan sudah dapat memberikan kehidupan bagi 40 kepala keluarga. Kategori Tani Kampung Nipah bersama klasifikasi tani lain sudah mengelola kawasan taman wisata mangrove di sana bahkam sudah semenjak 2004.
Masyarakatnya juga menyusun Kategori Muara Tanjung yang kemudian berhasil menyulap Kampung Nipah yang dulunya tandus menjadi lokasi ekowisata mangrove terpadu berbasis masyarakat pertama di Indonesia. \\\”Kami akan terus bergerak melestarikan kawasan hutan mangrove sehingga berkhasiat besar bagi masyarakat ataupun tempat,\\\” jelasnya.
Heriyanto mengatakan, salah satu langkah yang dijalankan pihaknya ialah menggandeng klasifikasi masyarakat dalam pelestarian mangrove. Bekerja sama dengan klasifikasi masyarakat dan menghasilkan hutan kemitraan dengan masyarakat.
\\\”Ini diukur dapat menjadi hal yang baik dan dapat menjadi model untuk tempat lain, terutama juga karena dapat meningkatkan PAD,\\\” jelasnya. (R-1)